Senin, 21 Januari 2013

Tujuan Mempelajari Mobilitas Sosial



 
Mengapa kita perlu mempelajari mobilitas sosial yang dilakukan oleh anggota masyarakat? Apakah tujuannya? Mobilitas sosial sebagai peralihan status dan peranan individu atau kelompok sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya, baik yang sederajat maupun yang tidak sederajat diperlukan anggota masyarakat agar struktur sosial masyarakat berubah. Dari asumsi tersebut kita dapat memperoleh kesimpulan bahwa tujuan mempelajari mobilitas sosial adalah untuk mendapatkan keterangan-keterangan tentang kelanggengan dan keluwesan struktur sosial pada suatu masyarakat. Para sosiolog mempunyai perhatian khusus terhadap kesulitankesulitan yang dialami para individu dan kelompok-kelompok banyak kesempatan mendapatkan kedudukan, semakin besar mobilitas sosialnya. Ini berarti bahwa sistem stratifikasi social masyarakat semakin terbuka.
Pada masyarakat berkasta yang stratifikasinya bersifat tertutup sulit terjadi mobilitas social vertikal. Hal ini disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut.
a. Kedudukan seseorang telah ditentukan sejak lahir.
b. Jenis pekerjaan yang dilakukan, pendidikan yang diperoleh, dan seluruh pola-pola hidupnya sudah diketahui sejak ia dilahirkan.
c. Struktur sosial masyarakatnya tidak memberikan peluang untuk mengadakan perubahan.
Hal ini berbeda dengan masyarakat yang mempunyai system stratifikasi yang bersifat terbuka, di mana kedudukan, pendidikan, dan pekerjaan yang hendak dicapai terserah pada usaha dan kemampuan individu. Sifat terbuka dalam stratifikasi masyarakat ini mendorong seseorang untuk bersaing dan mencapai kedudukan yang lebih tinggi dan lebih terpandang di masyarakat. Meskipun demikian hambatan-hambatan dan kesulitan-kesulitan tetap ada, misalnya birokrasi, biaya, kejujuran, semangat yang kuat, ketabahan, kelincahan berorganisasi, dan lain-lain.

Read More ->>

contoh kasus mobilitas sosial

Tono adalah seorang penjual koran (surat kabar) keliling. Karena merasa sudah memiliki modal yang cukup, ia kemudian membuka sebuah kios koran dan majalah. Mulai saat itu ia tidak berjualan koran keliling lagi. Namun, justru para pembeli yang datang ke kiosnya untuk membeli koran dan majalah. 


Dalam contoh kasus di atas dapat kamu pahami adanya pergeseran status sosial Tono. Pergeseran status sosial tersebut secara sederhana dalam sosiologi disebut dengan istilah mobilitas sosial. Lalu, bagaimana suatu mobilitas sosial itu dapat terjadi? Dan apakah hubungannya dengan struktur sosial? Mari kita simak penjelasannya berikut ini.

Read More ->>

Saluran-saluran mobilitas sosial


  • Angkatan bersenjata

Angkatan bersenjata merupakan salah satu saluran mobilitas sosial
Angkatan bersenjata merupakan organisasi yang dapat digunakan untuk saluran mobilitas vertikal ke atas melalui tahapan yang disebut kenaikan pangkat. Misalnya, seorang prajurit yang berjasa pada negara karena menyelamatkan negara dari pemberontakan, ia akan mendapatkan penghargaan dari masyarakat. Dia mungkin dapat diberikan pangkat/kedudukan yang lebih tinggi, walaupun berasal dari golongan masyarakat rendah.
  • Lembaga-lembaga keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan Agama seperti ustad, pendeta, biksu dan lain lain.
  • Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang konkret dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator (perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk mendapatkan kedudukan yang lebih .
tinggi.
Contoh: Seorang anak dari keluarga miskin mengenyam sekolah sampai jenjang yang tinggi. Setelah lulus ia memiliki pengetahuan dagang dan menggunakan pengetahuannya itu untuk berusaha, sehingga ia berhasil menjadi pedagang yang kaya, yang secara otomatis telah meningkatkan status sosialnya.
  • Organisasi politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih tinggi, sehingga status sosialnya meningkat.
  • Organisasi ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan lain-lain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya bertambah. Dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di masyarakat meningkat.
  • Organisasi keahlian
Seperti di wikipedia ini, orang yang rajin menulis dan menyumbangkan pengetahuan/keahliannya kepada kelompok pasti statusnya akan dianggap lebih tinggi daripada pengguna biasa.
  • Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena pengaruh pasangannya.
Read More ->>

Faktor-faktor yang memengaruhi mobilitas sosial


Mobilitas sosial dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut.
  • Perubahan kondisi sosial
Struktur kasta dan kelas dapat berubah dengan sendirinya karena adanya perubahan dari dalam dan dari luar masyarakat. Misalnya, kemajuan teknologi membuka kemungkinan timbulnya mobilitas ke atas. Perubahan ideologi dapat menimbilkan stratifikasi baru.
Ekspansi teritorial dan perpindahan penduduk yang cepat membuktikan cirti fleksibilitas struktur stratifikasi dan mobilitas sosial. Misalnya, perkembangan kota, transmigrasi, bertambah dan berkurangnya penduduk.
  • Komunikasi yang bebas
Situasi-situasi yang membatasi komunikasi antarstrata yang beraneka ragam memperkokoh garis pembatas di antara strata yang ada dalam pertukaran pengetahuan dan pengalaman di antara mereka dan akan mengahalangi mobilitas sosial. Sebaliknya, pendidikan dan komunikasi yang bebas sertea efektif akan memudarkan semua batas garis dari strata sosial uang ada dan merangsang mobilitas sekaligus menerobos rintangan yang menghadang.
  • Pembagian kerja
Besarnya kemungkinan bagi terjadinya mobilitas dipengaruhi oleh tingkat pembagian kerja yang ada. Jika tingkat pembagian kerja tinggi dan sangat dispeliasisasikan, maka mobilitas akan menjadi lemah dan menyulitkan orang bergerak dari satu strata ke strata yang lain karena spesialisasi pekerjaan nmenuntut keterampilan khusus. Kondisi ini memacu anggota masyarakatnya untuk lebih kuat berusaha agar dapat menempati status tersebut.
  • Tingkat Fertilitas (Kelahiran) yang Berbeda
Kelompok masyarakat yang memiliki tingkat ekonomi dan pendidikan rendah cenderung memiliki tingkat fertilitas yang tinggi. Pada pihak lain, masyarakat kelas sosial yang lebih tinggi cenderung membatasi tingkat reproduksi dan angka kelahiran. Pada saat itu, orang-orang dari tingkat ekonomi dan pendidikan yang lebih rendah mempunyai kesempatan untuk banyak bereproduksi dan memperbaiki kualitas keturunan. Dalam situasi itu, mobilitas sosial dapat terjadi.
  • Kemudahan dalam akses pendidikan
Jika pendidikan berkualitas mudah didapat, tentu mempermudah orang untuk melakukan pergerakan/mobilitas dengan berbekal ilmu yang diperoleh saat menjadi peserta didik. Sebaliknya, kesulitan dalam mengakses pendidikan yang bermutu, menjadikan orang yang tak menjalani pendidikan yang bagus, kesulitan untuk mengubah status, akibat dari kurangnya pengetahuan.
Read More ->>

Beberapa bentuk mobilitas sosial


Mobilitas sosial horizontal

Mobilitas horizontal merupakan peralihan individu atau obyek-obyek sosial lainnya dari suatu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya yang sederajat. Tidak terjadi perubahan dalam derajat kedudukan seseorang dalam mobilitas sosialnya.
Contoh: Pak Amir seorang warga negara Amerika Serikat, mengganti kewarganegaraannya dengan kewarganegaraan Indonesia, dalam hal ini mobilitas sosial Pak Amir disebut dengan Mobilitas sosial horizontal karena gerak sosial yang dilakukan Pak Amir tidak mengubah status sosialnya.

Mobilitas sosial vertikal

Mobilitas sosial vertikal adalah perpindahan individu atau objek-objek sosial dari suatu kedudukan sosial ke kedudukan sosial lainnya yang tidak sederajat. Sesuai dengan arahnya, mobilitas sosial vertikal dapat dibagi menjadi dua, mobilitas vertikal ke atas (social climbing) dan mobilitas sosial vertikal ke bawah (social sinking).

Mobilitas vertikal ke atas (Social climbing)

Mobilitas vertikal ke atas atau social climbing mempunyai dua bentuk yang utama
  • Masuk ke dalam kedudukan yang lebih tinggi. Masuknya individu-individu yang mempunyai kedudukan rendah ke dalam kedudukan yang lebih tinggi, di mana kedudukan tersebut telah ada sebelumnya.
Contoh: A adalah seorang guru sejarah di salah satu SMA. Karena memenuhi persyaratan, ia diangkat menjadi kepala sekolah.
  • Membentuk kelompok baru. Pembentukan suatu kelompok baru memungkinkan individu untuk meningkatkan status sosialnya, misalnya dengan mengangkat diri menjadi ketua organisasi.
Contoh: Pembentukan organisasi baru memungkinkan seseorang untuk menjadi ketua dari organisasi baru tersebut, sehingga status sosialnya naik.

Mobilitas vertikal ke bawah (Social sinking)

Mobilitas vertikal ke bawah mempunyai dua bentuk utama.
  • Turunnya kedudukan. Kedudukan individu turun ke kedudukan yang derajatnya lebih rendah.
Contoh: seorang prajurit dipecat karena melakukan tidakan pelanggaran berat ketika melaksanakan tugasnya.
  • Turunnya derajat kelompok. Derajat sekelompok individu menjadi turun yang berupa disintegrasi kelompok sebagai kesatuan.
Contoh: Juventus terdegradasi ke seri B. akibatnya, status sosial tim pun turun.

Mobilitas antargenerasi

Mobilitas antargenerasi secara umum berarti mobilitas dua generasi atau lebih, misalnya generasi ayah-ibu, generasi anak, generasi cucu, dan seterusnya. Mobilitas ini ditandai dengan perkembangan taraf hidup, baik naik atau turun dalam suatu generasi. Penekanannya bukan pada perkembangan keturunan itu sendiri, melainkan pada perpindahan status sosial suatu generasi ke generasi lainnya.
Contoh: Pak Parjo adalah seorang tukang becak. Ia hanya menamatkan pendidikannya hingga sekolah dasar, tetapi ia berhasil mendidik anaknya menjadi seorang pengacara. Contoh ini menunjukkan telah terjadi mobilitas vertikal antargenerasi.

Mobilitas intragenerasi

Mobilitas sosial intragenerasi adalah mobilitas yang dialami oleh seseorang atau sekelompok orang dalam satu generasi.
Contoh: Pak Darjo awalnya adalah seorang buruh. Namun, karena ketekunannya dalam bekerja dan mungkin juga keberuntungan, ia kemudian memiliki unit usaha sendiri yang akhirnya semakin besar. Contoh lain, Pak Bagyo memiliki dua orang anak, yang pertama bernama Endra bekerja sebagai tukang becak, dan Anak ke-2, bernama Ricky, yang pada awalnya juga sebagai tukang becak. Namun, Ricky lebih beruntung daripada kakaknya, karena ia dapat mengubah statusnya dari tukang becak menjadi seorang pengusaha. Sementara Endra tetap menjadi tukang becak. Perbedaan status sosial antara Endra dengan adiknya ini juga dapat disebut sebagai mobilitas intragenerasi.

Gerak sosial geografis

Gerak sosial ini adalah perpindahan individu atau kelompok dari satu daerah ke daerah lain seperti transmigrasi, urbanisasi, dan migrasi.
Read More ->>

Faktor mobilitas sosial

Faktor penghambat mobilitas sosial

Ada beberapa faktor penting yang justru menghambat mobilitas sosial. Faktor-faktor penghambat itu antara lain sebagai berikut :

  • Perbedaan kelas rasial, seperti yang terjadi di Afrika Selatan di masa lalu, dimana ras berkulit putih berkuasa dan tidak memberi kesempatan kepada mereka yang berkulit hitam untuk dapat duduk bersama-sama di pemerintahan sebagai penguasa. Sistem ini disebut Apartheid dan dianggap berakhir ketika Nelson Mandela, seorang kulit hitam, terpilih menjadi presiden Afrika Selatan
  • Agama, seperti yang terjadi di India yang menggunakan sistem kasta.
  • Diskriminasi Kelas dalam sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas. Hal ini terbukti dengan adanya pembatasan suatu organisasi tertentu dengan berbagai syarat dan ketentuan, sehingga hanya sedikit orang yang mampu mendapatkannya.
Contoh: jumlah anggota DPR yag dibatasi hanya 500 orang, sehingga hanya 500 orang yang mendapat kesempatan untuk menaikan status sosialnya menjadi anggota DPR.
  • Kemiskinan dapat membatasi kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai suatu sosial tertentu.
Contoh: "A" memutuskan untuk tidak melanjutkan sekolahnya karena kedua orangtuanya tidak bisa membiayai, sehingga ia tidak memiliki kesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
  • Perbedaan jenis kelamin dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial, dan kesempatan-kesenmpatan untuk meningkatkan status sosialya.
FAKTOR PENDORONG MOBILITAS
             1. Faktor struktural
                  a. struktur pekerjaan
                  b. perbedaan fertilitas
                  c. transisi perekonomian
            2. faktor individu
                  a. perbedaan kemampuan
                  b. orientasi sikap terhadap mobilitas
                  c. faktor kemujuran
           3. status sosial
           4. keadaan ekonomi
           5. situasi politik
           6. demografi(kependudukan)
           7. keinginan melihat daerah lain
FAKTOR PENGHAMBAT MOBILITAS
            1. kemiskinan
            2. diskriminasi kelas
            3. perbedaan ras dan agama
            4. perbedaan gender
            5. faktor pengaruh sosialisasi yg kuat
            6. perbedaan kepentingan
Read More ->>

MOBILITAS SOSIAL

MOBILITAS SOSIAL
pengertian mobilitas adalah pergerakan atau perpindahan, sedangkan sosial adalah masyarakat.
jadi mobilitas sosial adalah suatu proses pergerakan naik(social climbing) atau turunnya(social sinking) status seseorang atau kelompok masyarakat.
menurut HORTON, mobilitas sosial adalah suatu gerak perpindahan dari suatu kelas sosial ke kelas sosial lainnya.
dengan demikian MOBILITAS SOSIAL hanya terjadi pada kelas sistem stratifikasi sosial yg terbuka tidak menganut sistem stratifikasi tertutup atau kasta.
mobilitas sosial ada 3:
        1. mobilitas sosial vertikal.
           mobilitas sosial vertikal yaitu, mobilitas sosial yg terjadi antara kelas sosial bawah dan kelas               sosial atas.
mobilitas vertikal ada 2 yaitu;
                a. social climbing:
                     pergerakan naiknya status seseorang atau kelompok sosial.
                     bentuknya: 1. naiknya orang yg berstatus rendah ke kelas yg status sosialnya tinggi.
                                      2. terbentuknya kelas sosial baru yg menempati atau menggeser kelas sosial
                                          tertinggi yg ada didalam kelompol tsb.
                    penyebabnya: 1. melakukan prestasi kerja.
                                          2. menggantikan kedudukan yg kosong akibat proses peralihan generasi.
               b. social sinking:
                    pergerakan turunnya status seseorang atau kelompok sosial.
                    bentuknya: 1. turunnya kedudukan seseorang ke kedudukan yg lebi rendah.
                                     2. tidak dihargainya lagi suatu kedudukan sebagai lapisan sosial atas.
                  penyebabnya: 1. berhalangan tetap atau sementara, misal sakit atau cacat tubuh
                                        2. memasuki masa pensiun
                                        3. berbuatkesalahan fatal sehingga diturunkan/dipecat dari kelas sosial yg tinggi.
   2.  mobilitas sosial horizontal:
         perpindhan status seseorang atau kelompok orang dalam lapisan yg sama.
           ciri utama dalam mobilitas sosial horizontal adalah tidak ada perpindahan lapisan sosial.
             bentuknya: 1. mobilitas antar wilayah.
                                     meliputi transmigrasi, commuter, sirkuler(bagi yg ngekost), emigrasi, imigrasi,
                                     ruraliasi, urbanisasi.
                              2. mobilitas antar generasi
                                    ada 2 bentuk antar generasi yaitu,
                                         a. mobilitas intra generasi: perpindahan status yg terjadi dalam beberapa generasi.
                                         b. mobilitas inter generasi: perpindahan status yg terjadi dalam beberapa generasi.
  3. mobilitas sosial diagonal:
         perpindahan yg dialami seseorang atau kelompok yg mengalami perpinahan tempat dan status sosial.
              bentuknya: 1. mobilitas sosial diagonal ke atas: perpindahannya statusnya naik, tempatnya sama
                               2. mobilitas sosial diagonal ke bawah: perpindahan statusnya turun, tempatnya pindah.
Read More ->>

Perbedaan Antara Konflik dan Kekerasan

2.2 Perbedaan Antara Konflik dan Kekerasan
Seperti telah dikatakan di atas yang dikemukakan oleh Soerjono Soekanto bahwa konflik atau pertentangan merupakan suatu proses sosial di mana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan kekerasan. Dengan demikian, disimpulkan bahwa konflik akan menimbulkan kekerasan serta suatu perubahan sosial. Jadi, kekerasan dapat timbul karena adanya konflik atau pertentangan dalam suatu kelompok di dalam anggota masyarakat.
Pandangan umum tentang hubungan antara kekerasan dengan perubahan ini telah dirangkum oleh Bienen berdasarkan studi kepustakaannya, dan mengemukakan tiga proporsi, yaitu :
1. Kebanyakan perubahan sosial dan politik tidak diakibatkan oleh revolusi dengan kekerasan.
2. Revolusi merupakan titik batas antara suatu proses yang berjalan lambat dan penataan kembali masyarakat yang berlangsung secara cepat dan radikal.
3. Kekerasan berkala luas dapat dihubungkan dengan semakin banyak yang berubah, semakin banyak yang tetap sama.
Pandangan berbeda dikemukakan oleh pemikir yang melihat kekerasan sebagai alat reformasi sosial. Di Amerika Serikat, kekerasan telah dihubungakan dengan masalah sosial sejak jaman pemberontakan budak sampai perjuangan hak-hak sipil sekarang ini. Kekarasan juga telah menandai gerak buruh dan gerakan memperjuangkan pak pilih wanita. Menurut Drake dalam setiap kasus, kekerasan telah menjadi faktor penting yang mempercepat gerakan itu mencapai tujuannya. Kekerasan mempunyai fungsi psikologi-sosial tertentu bagi anggota sebuah gerakan. Ini mungkin terdengar seakan-akan berlawanan dengan pernyataan sebelumnya bahwa konflik internal mempermudah pencapaian tujuan, tetapi menurut Robert H. Laurer dua hal yang perlu diingat, yaitu :
1. Konflik penting bagi penentuan yan diambil oleh suatu golongan untuk melakukan sebuah gerakan, dan solidaritas bagi efektifnya pemogokan. Solidaritas ini penting peranannya dalam mencapai berbagai perubahan yang diinginkan, dan solidaritas ini terjamin karena kekerasan yang terjadi ketika pemogokan mulai terjadi.
2. Di dalam suatu gerakan dapat terjadi konflik dan solidaritas pada waktu bersamaan dan diantara keduanya tidak harus bettentangan. Konflik bias terjadi secara internal dengan menggunakan metode tertentu dalam penyelesaiannya.
Kekerasan merupakan perbuatan dari seseorang atau kelompok yang menyebabkan kerusakan fisik atau korban jiwa. Konflik akan berubah menjadi kekerasan apabila dalam pengelolaan penyelesaiannya tidak mencapai tujuan yang diharapkan oleh masing-masing pihak yang terkait.
Konflik dan kekerasan dapat dibedakan namun satu sama lain saling terkait. Kekerasan sering terjadi di lingkungan sekitar kita, sebagai contoh tawuran antar warga, tawuran antar pelajar dan tindakan main hakim sendiri di lingkungan masyarakat, seolah-olah hukum tidak berlaku lagi.
2.3 Berbagai Macam Konflik Masyarakat di Indonesia
Dalam satu dasawarsa terakhir, kita dikejutkan oleh konflik sosial yang desertai tindakan kekerasan, pembunuhan, pembakaran rumah, tempat ibadah dan pertokoan serta pemerkosaan. Intensitas dan ekstensitas konflik sosial yang terjadi sekarang berpotensi kian meningkat, terutama konflik sosial yang bersifat horizontal, yakni konflik yang berkembang di anggota masyarakat. Meskipun demikian, tidak menutup kemungkinan timbulnya konflik berdimensi vertikal yakni antara masyarakat dan Negara.
Konflik berdimensi horizontal biasa disimak dalam konflik bernuansa suku, agama, ras, dan antara golonga (SARA) di Maluku dan Ambon. Setelah sebelumnya juga terjadi kekerasan seperti kasus Mei 1998, kasus Ketapang dan lain-lain. Sementara itu, konflik berdimensi vertical terjadi seperti di Aceh dan Papua serta daerah-daerah yang berpotensi memisahkan diri atau menuntut kemerdekaan.
Perkembangan terakhir menunjukkan kepada kita, konflik sosial dalam masyarakat telah berubah menjadi destruktif dan cenderung memiliki pertambahan yang harus terus meningkat dan meluas sehingga menimbulkan rasa was-was dan keprihatinan, bahkan telah mengusik perasaan ketentraman dalam masyarakat. Kasus Ambon dan Maluku merupakan konflik sosial dalam masyarakat yang cenderung destruktif dan anarkis sehingga tidak bias dianggap mudah dan harus diatasi secara memadai dan proporsional agar tidak menciptakan disintegrasi nasional.
Banyak yang harus direnungkan dan dicermati dengan fenomena konflik sosial tersebut. Apakah fenomena konflik sosial ini merupakan peristiwa yang bersifat incidental yang digerakkan oleh tangan-tangan kotor atau elite politik dengan motif tertentu dan kepentingan sesaat (menggoyang instabilitas pemerintahan baru), ataukan justru merupakan potensi laten yang selama ini terpendam dalam masyarakat ?.
Konflik sosial yang berselimutkan agama dan etnis sesungguhnya terjadi karena, adanya tujuan politik tertentu, misalnya kekuasaan. Disinilah perlu kesadaran dan kewaspadaan terhadap pihak-pihak tertentu yang menjustifikasi agama bagi kepentingan kekuasan.
Selain konflik sosial disertai kekerasan kolekif seperti di Ambon dan Maluku, masuh banyak tindak kekerasan yang ada dalam masyarakat. Kekerasan di Maluku dan Ambon barulah konflik sosial yang terekam (record) dan hanya bagian dari kenyataan yang secara resmi diketahui oleh masyarakat luas dan aparat pemerintah
Read More ->>

Dampak Konflik Sosial

Dampak konflik sosial sangat besar.  Konflik sosial memiliki dampak yang bersifat positif dan negatif.
Adapun dampak positif dari konflik social adalah sebagai berikut:
  1. Konflik dapat memperjelas berbagai aspek kehidupan yang masih belum tuntas. 
  2. Adanya konflik menimbulkan penyesuaian kembali norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. 
  3. Konflik dapat meningkatkan solidaritas diantara angota kelompok. 
  4. Konflik dapat mengurangi rasa ketergantungan terhadap individu atau kelompok. 
  5. Konflik dapat memunculkan kompromi baru.
Adapun dampak negatif yang ditimbulkan oleh konflik sosial adalah sebagai berikut:
  1. Konflik dapat menimbulkan keretakan hubungan antara individu dan kelompok. 
  2. Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatuhnya korban jiwa. 
  3. Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian. 
  4. Konflik menyebabkan dominasi kelompok pemenang.
Read More ->>

STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK


Pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam pendekatan penyelesaian konflik ialah :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain. Penyelesaian bentuk kompetisi dikenal dengan istilah win-lose orientation.
2. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromistis antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lkain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Bentuk usaha penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengacuhkan kepentingan kelompok lain.

http://andrie07.wordpress.com/2009/11/25/faktor-penyebab-konflik-dan-strategi-penyelesaian-konflik/
Read More ->>

Bentuk konflik



Konflik merupakan gejala sosial yang seringkali muncul dalam kehidupan bermasyarakat. Di dalam kehidupan masyarakat, terdapat beberapa bentuk konflik dilihat dari sudut pandang yang berbeda-beda. Nah, sekarang kita akan belajar mengenai bentuk-bentuk konflik yang diilhami dari pandangan para ahli sosiologi.
Soerjono Soekanto menyebutkan ada lima bentuk khusus konflik yang terjadi dalam masyarakat. Kelima bentuk itu adalah konflik pribadi, konflik politik, konflik sosial, konflik antarkelas sosial, dan konflik yang bersifat internasional.
1. Konflik pribadi, yaitu konflik yang terjadi di antara orang perorangan karena masalah-masalah pribadi atau perbedaan pandangan antarpribadi dalam menyikapi suatu hal. Misalnya individu yang terlibat utang, atau masalah pembagian warisan dalam keluarga.
2. Konflik politik, yaitu konflik yang terjadi akibat kepentingan atau tujuan politis yang berbeda antara seseorang atau kelompok. Seperti perbedaan pandangan antarpartai politik karena perbedaan ideologi, asas perjuangan, dan cita-cita politik masing-masing. Misalnya bentrokan antarpartai politik pada saat kampanye.
3. Konflik rasial, yaitu konflik yang terjadi di antara kelompok ras yang berbeda karena adanya kepentingan dan kebudayaan yang saling bertabrakan. Misalnya konflik antara orang-orang kulit hitam dengan kulit putih akibat diskriminasi ras (rasialisme) di Amerika Serikat dan Afrika Selatan.
4. Konflik antarkelas sosial, yaitu konflik yang muncul karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan di antara kelaskelas yang ada di masyarakat. Misalnya konflik antara buruh dengan pimpinan dalam sebuah perusahaan yang menuntut kenaikan upah.
5. Konflik yang bersifat internasional, yaitu konflik yang melibatkan beberapa kelompok negara (blok) karena perbedaan kepentingan masing-masing. Misalnya konflik antara negara Irak dan Amerika Serikat yang melibatkan beberapa negara besar.
Sementara itu, Ralf Dahrendorf mengatakan bahwa konflik dapat dibedakan atas empat macam, yaitu sebagai berikut.
1. Konflik antara atau yang terjadi dalam peranan sosial, atau biasa disebut dengan konflik peran. Konflik peran adalah suatu keadaan di mana individu menghadapi harapanharapan yang berlawanan dari bermacam-macam peranan yang dimilikinya.
2. Konflik antara kelompok-kelompok sosial.
3. Konflik antara kelompok-kelompok yang terorganisir dan tidak terorganisir.
4. Konflik antara satuan nasional, seperti antarpartai politik, antarnegara, atau organisasi internasional.

Read More ->>

FAKTOR PENYEBAB KONFLIK


1. Perbedaan individu yang meliputi perbedaan pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya, setiap orang memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Perbedaan pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat menjadi faktor penyebab konflik sosial, sebab dalam menjalani hubungan sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan kelompoknya. Misalnya, ketika berlangsung pentas musik di lingkungan pemukiman, tentu perasaan setiap warganya akan berbeda-beda. Ada yang merasa terganggu karena berisik, tetapi ada pula yang merasa terhibur.
2. Perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda.
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan pendirian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian yang berbeda itu pada akhirnya akan menghasilkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
3. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok.
Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
4. Perubahan-perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Perubahan adalah sesuatu yang lazim dan wajar terjadi, tetapi jika perubahan itu berlangsung cepat atau bahkan mendadak, perubahan tersebut dapat memicu terjadinya konflik sosial. Misalnya, pada masyarakat pedesaan yang mengalami proses industrialisasi yang mendadak akan memunculkan konflik sosial sebab nilai-nilai lama pada masyarakat tradisional yang biasanya bercorak pertanian secara cepat berubah menjadi nilai-nilai masyarakat industri. Nilai-nilai yang berubah itu seperti nilai kegotongroyongan berganti menjadi nilai kontrak kerja dengan upah yang disesuaikan menurut jenis pekerjaannya. Hubungan kekerabatan bergeser menjadi hubungan struktural yang disusun dalam organisasi formal perusahaan. Nilai-nilai kebersamaan berubah menjadi individualis dan nilai-nilai tentang pemanfaatan waktu yang cenderung tidak ketat berubah menjadi pembagian waktu yang tegas seperti jadwal kerja dan istirahat dalam dunia industri. Perubahan-perubahan ini, jika terjadi seara cepat atau mendadak, akan membuat kegoncangan proses-proses sosial di masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan karena dianggap mengacaukan tatanan kehiodupan masyarakat yang telah ada.
Read More ->>

Integrasi Sosial


Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atast umbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar).
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan social dengan kesatuan social lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuans osial.


Contoh-contoh :
· tragedi poso yg melibatkan peperangan antar suku yg mengakibatkan pertikaian antar beda agama.
· Konflik Mesuji pertikaian sengketa lahan pertanian kelapa sawit yang mengakibatkan warga dan PT.SWA saling menyerang.
· Konflik sampit konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi social akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Faktor-FaktorPendorong
A. Faktor Infernal :
* kesadaran diri sebagai makhluk sosial
* tuntutan kebutuhan
* jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
- tuntutan perkembangan zaman
- persamaan kebudayaan
-  terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
-  persaman visi, misi, dan tujuan
- sikap toleransi
-  adanya kosensus nilai
- adanya tantangan dari luar

Integrasi Sosial

OPINI | 06 December 2012 | 11:50 Dibaca: 98   Komentar: 0   Nihil
Integrasi Sosial
Suatu integrasi sosial di perlukan agar masyarakat tidak bubar meskipun menghadapi berbagai tantangan, baik merupa tantangan fisik maupun konflik yang terjadi secara sosial budaya.
Menurut pandangan para penganut fungsionalisme struktur sistem sosial senantiasa terintegrasi di atas dua landasan berikut :
- Suatu masyarakat senantiasa terintegrasi di atast umbuhnya konsensus (kesepakatan) di antara sebagian besar anggota masyarakat tentang nilai-nilai kemasyarakatan yang bersifat fundamental (mendasar).
- Masyarakat terintegrasi karena berbagai anggota masyarakat sekaligus menjadi anggota dari berbagai kesatuan sosial (cross-cutting affiliation). Setiap konflik yang terjadi di antara kesatuan social dengan kesatuan social lainnya akan segera dinetralkan oleh adanya loyalitas ganda (cross-cutting loyalities) dari anggota masyarakat terhadap berbagai kesatuans osial.
Contoh-contoh :
· tragedi poso yg melibatkan peperangan antar suku yg mengakibatkan pertikaian antar beda agama.
· Konflik Mesuji pertikaian sengketa lahan pertanian kelapa sawit yang mengakibatkan warga dan PT.SWA saling menyerang.
· Konflik sampit konflik ini terjadi antara suku Dayak asli dan warga migran Madura dari pulau Madura. Konflik tersebut pecah pada 18 Februari 2001 ketika dua warga Madura diserang oleh sejumlah warga Dayak. Konflik Sampit mengakibatkan lebih dari 500 kematian, dengan lebih dari 100.000 warga Madura kehilangan tempat tinggal.
Penganut konflik berpendapat bahwa masyarakat terintegtrasi atas paksaan dan karena adanya saling ketergantungan di antara berbagai kelompok.
Integrasi social akan terbentuk apabila sebagian besar masyarakat memiliki kesepakatan tentang batas-batas teritorial, nilai-nilai, norma-norma, dan pranata-pranata sosial.
Faktor-FaktorPendorong
A. Faktor Infernal :
* kesadaran diri sebagai makhluk sosial
* tuntutan kebutuhan
* jiwa dan semangat gotong royong
B. Faktor External :
- tuntutan perkembangan zaman
- persamaan kebudayaan
-  terbukanya kesempatan berpartisipasi dalam kehidupan bersama
-  persaman visi, misi, dan tujuan
- sikap toleransi
-  adanya kosensus nilai
- adanya tantangan dari luar

Read More ->>

Interseksi dan Konsolidasi

Penggolongan masyarakat secara vertical ( stratifikasi / pelapisan sosial ) maupun secara horizontal ( diferensiasi sosial / kemajemukan ) tidaklah menggunakan dasar –dasar atau faktor – faktor yang tunggal atau terdiri sendiri tetapi bersifat kumulatif, sehingga sering terjadi interseksi ( persidangan ) dan konsolidasi ( tumpang – tindih ) keanggotaan masyarakat dalam berbagi kelompok sosial yang ada didalam masyarakat.
Untuk memahami persoalan ini secara jelas lebih dahulu perlu disampaikan pengertian interseksi, konsolidasi, dan kelompok sosial.
1. Interseksi
Interseksi ( intersection ) dalam Kamus Inggris – Indonesia yang disusun oleh Hasan Shadily, antara lain diartikan sebagai titik potong atau pertemuan ( of two lines ) dapat pula disebut persilangan. Sedangkan istilah section ( seksi ) menurut Kamus Sosiologi yang disusun oleh Soerjono Soekanto antara lain diartikan sebagai suatu golongan etnik dalam masyarakat yang masing – masing adalah seksi. Dari uraian ini maka dapat dirumuskan bahwa interseksi merupakan persilangan atau pertemuan titik potong keanggotaan dari dua suku bangsa atau lebih dalam kelompok – kelompok sosial didalam suatu masyarakat yang majemuk.
2. Konsolidasi
Konsolidasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, diartika sebagai perbuataan ( hal, dan sebagainya ) memperteguh atau memperkuat ( perhubungan, persatuan, dan sebagainya). Berdasarkan pengertian tersebut maka konsolidasi diartikan sebagai penguatan atau peneguhan keanggotaan anggota – anggota masyarakat dalam kelompok – kelompok sosial melaui tumpah – tindih keanggotaan.
3. Kelompok sosial
Kelompok sosial atau sosial group merupakan pengumpulan ( agregasi ) manusia yang teratur. Kelompok sosial atau sosial group adalah himpunan atau kesatuan – kesatuan manusia yang menyangkut hubungan timbal – balik yang saling mempengaruhi dan adanya kesadaran untuk saling menolong.
Kriteria yang sistematika tentang kelompok sosial ini dikemukakan oleh Soerjono Soekanto dalam bukunya Sosiologi Suatu Pengantar, yaitu sebagi berikut.
  1. Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa ia merupakan bagian dari kelompok yang bersangkutan.
  2. Ada hubungan timbal – balik antara anggota yang satu dengan yang lain.
  3. Ada suatu factor yang dimiliki bersama sehingga hubungan antara mereka bertambah erat.
Factor yang sama ini dapat berupa nasib yang sama, tujuan yang sama, idelogi
yang sama, musuh bersama, atau merupakn kelompok etnik ( suku bangsa ).
a. Kelompok tersebut mempunyai struktur, kaidah, dan pola perilaku tertentu.
b. Memiliki suatu sistem dan proses tertenu.
http://ceyaceya.blogspot.com/2010/05/interseksi-dan-konsolidasi.html
Read More ->>

Pengaruh STRATIFIKASI

Pengaruh STRATIFIKASI
Stratifikasi sosial menjadikan struktur masyarakat memiliki kesenjangan sosial, karena memuat lapisan-lapisan sosial masyarakat berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan. Contohnya perbedaan hak dan penghasilan. Perbedaan ini sering kali memunculkan sikap penindasan terhadap kelompok lainnya. Kelompok masyarakat yang kedudukan yang lebih tinggi memiliki hak dan keuntungan serta fasilitas-fasilitas yang lebih nayak dibanding dengan kelompok-kelompok masyrakat yang menempati strata lebih rendah.

 Dampak sistem stratifikasi sosial menjadikan struktur masyarakat memiliki kesenjangan sosial. Hal ini dikarenakan dalam sistem stratifikasi memuat lapisan-lapisan sosial
masyarakat yang berdasarkan tinggi rendahnya kedudukan.
Karenanya di dalam masyarakat terdapat penggolongan secara vertikal, yaitu kelompok masyarakat yang lebih tinggi atau lebih rendah apabila dibandingkan dengan kelompok lain. Perbedaan ini sering kali memunculkan sikap penindasan terhadap kelompok lainnya.
Secara umum adanya diferensiasi dan stratifikasi sosial dalam masyarakat melahirkan
primordialisme, etnosentrisme, konflik. dan penindasan.
Read More ->>

pengaruh deferensiasi sosial

Pengaruh DIFERENSIASI
a.Primordialisme
Pengertian: pandangan atau paham yang menunjukkan sikap berpegang teguh pada hal-hal yang sejak semula melekat pada diri individu, sperti suku, bangsa, ras dan agama.
Dampak positif: memperkuat ikatan golongan atau kelompok yang bersangkutan, terutama dalam menghadapi ancaman dari luar.
Dampak negatif: membangkitkan prasangka dan permusuhan terhadap golongan atau kelompok sosial lain.
b.Etnosentrisme
Pengertian: suatu sikap menilai kebudayaan masyarakat lain dengan menggunakan ukuran-ukuran yang berlaku di masyarakatnya. Konsekuensinya, orang akan selalu menganggap kebudayaannya memiliki nilai lebih tinggi daripada kebudayaan masyarakat lain.
Dampak positif: menjaga keutuhan dan kestabilan budaya, mempertinggi semangat patriotisme dan kesetiaan kepada bangsa, dan memperteguh rasa cinta terhadap kebudayaan atau bangsa.
Dampak negatif: dapat menghambat hubungan antarkebudayaan atau bangsa, menghambat proses asimilasi dan integrasi sosial, bahkan dapat menjadi kekuatan yang terpendam yang dapat mengakibatkan konflik antargolongan atau kebudayaan (suku, agama, ras dan antargolongan atau SARA).
c.Politik aliran (Sektarian)
Pengertian: keadaan di mana sebuah kelompok atau organisasi tertentu dikelilingi oleh sejumlah organisasi massa, baik formal maupun informal. Tali pengikat antar kelompok dan organisasi adalah ideologi atau aliran tertentu.
Dampak positif: mempererat relasi antar kelompok atau organisasi yang memiliki ideologi yang sama.
Dampak negatif: mengakibatkan jurang perbedaan antara kelompok-kelompok aliran yang berbeda.

d.Konsolidasi
Pengertian: (consolidation: penguatan atau pengukuhan), usaha untuk menata kembali atau memperkuat suatu himpunan atau organisasi yang dinilai terancam perpecahan.
Dampak positif: menimbulkan rasa senasib, seperjuangan, dan solidaritas yang dapat memperkuat ikatan antaranggota himpunan.
Dampak negatif: menimbulkan sikap antipati dan kecurigaan terhadap organisasi lain. Penggalangan kekuatan dan identitas suatu kelompok dapat menjadi ancaman bagi kelompok lain, terutama bagi kelompok yang berlawanan.
e.Interseksi
Pengertian: (intersection: sebuah titik pertemuan dari dua buah garis), persilangan antara dua himpunan atau lebih yang setiap anggotanya juga menjadi bagian dari dua himpunan atau lebih dari masing-masing himpunan tersebut. Proses interseksi sangat terlihat dalam sebuah organisasi sosial di mana di dalamnya terhimpun berbagai macam penggolongan atau perbedaan misalnya dari segi ras, agama, jenis kelamin, dll. Mereka terhimpun oleh persamaan tujuan dalam sebuah visi misi organisasi sehingga terbentuklah suatu kesatuan.
Dampak positif: mendorong terjadinya integrasi sosial.
Dampak negatif: jika terjadi fanatisme kelompok, maka dapat mendorong terjadinya konflik dengan kelompok yang berbeda visi dan misinya.
Read More ->>

statifikasi sosial

Stratifikasi Sosial
. Stratifikasi sosial merupakan suatu konsep dalam sosiologi yang melihat bagaimana anggota masyarakat dibedakan berdasarkan status yang dimilikinya.. Stratifikasi berasal dari kata stratum yang berarti strata atau lapisan dalam bentuk jamak.
Pitirin A. Sorokin mendefinisikan stratifikasi sebagai pembedaan penduduk atau
anggota masyarakat ke dalam kelas-kelas secara hierarkis.
Sedangkan menurut Bruce J. Cohen sistem stratifikasi akan menempatkan setiap
individu pada kelas sosial yang sesuai berdasarkan kualitas yang dimiliki.
Max Weber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai penggolongan orang-orang yang
termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarki menurut
dimensi kekuasaan, previllege dan prestise.
Cuber mendefinisikan stratifikasi sosial sebagai suatu pola yang ditempatkan di atas
kategori dari hak-hak yang berbeda
Berarti, stratifikasi social merupakan pembedaan penduduk dalam kelas-kelas secara
bertingkat.
Stratifikasi dapat terjadi dengan sendirinya sebagai bagian dari proses pertumbuhan
masyarakat, juga dapat dibentuk untuk tercapainya tujuan bersama. Faktor yang
menyebabkan stratifikasi sosial dapat tumbuh dengan sendirinya adalah kepandaian, usia,
sistem kekerabatan, dan harta dalam batas-batas tertentu.
Dimensi Stratifikasi Sosial
Untuk menjelaskan stratifikasi sosial ada tiga dimensi yang dapat dipergunakan yaitu :
privilege, prestise, dan power. Ketiga dimensi ini dapat dipergunakan sendiri-sendiri,
namun juga dapat didigunakan secara bersama.
Karl Marx menggunakan satu dimensi, yaitu privilege atau ekonomi untuk membagi
masyarakat industri menjadi dua kelas, yaitu kelas Borjuis dan Proletar. Sedangkan Max
Weber, Peter Berger, Jeffries dan Ransford mempergunakan ketiga dimensi tersebut. Dari
penggunaan ketiga dimensi tersebut Max Weber memperkenalkan konsep : kelas,
kelompok status, dan partai.
Bentuk stratifikasi dapat dibedakan menjadi bentuk lapisan bersusun yang diantaranya
dapat berbentuk piramida, piramida terbalik, dan intan. Selain lapisan bersusun bentuk
stratifikasi dapat juga diperlihatkan dalam bentuk melingkar. Bentuk stratifikasi
melingkar ini terutama berkaitan dengan dimensi kekuasaan.
Pengelompokan secara vertikal berdasarkan posisi, status, kelebihan yang dimiliki, sesuatu yang dihargai.Distribusi hak dan wewenang, berdasarkan kriteria ekonomi, pendidikan, kekuasaan, dan kehormatan.

Ukuran yang biasa digunakan untuk menggolongkan penduduk dalam lapisan-lapisan
tertentu yaitu:
a) Ukuran kekayaan (kaya miskin, tuan tanah penyewa, )
b) Ukuran kekuasaan (penguasa/ dikuasai) penguasa punya wewenang lebih tinggi
c) Ukuran kehormatan (berpengarug / terpengaruh) ukuran ini ada di masyarakat
tradisional(pemimpin informal)
d) ukuran ilmu pengetahuan (golongan cendekiawan/ rakyat awam)
Tiga sifat Stratifikasi Sosial
Menurut Soerjono Soekanto, dilihat dari sifatnya pelapisan sosial dibedakan menjadi sistem pelapisan sosial tertutup, sistem pelapisan sosial terbuka, dan sistem pelapisan sosial campuran.
a. Stratifikasi Sosial Tertutup (Closed Social Stratification)
Stratifikasi ini adalah stratifikasi dimana anggota dari setiap strata sulit mengadakan
mobilitas vertikal. Walaupun ada mobilitas tetapi sangat terbatas pada mobilitas
horisontal saja. Contoh:
- Sistem kasta.
Kaum Sudra tidak bisa pindah posisi naik di lapisan Brahmana.
- Rasialis.
Kulit hitam (negro) yang dianggap di posisi rendah tidak bisa pindah kedudukan di
posisi kulit putih.
- Feodal.
Kaum buruh tidak bisa pindah ke posisi juragan/majikan
b. Stratifikasi Sosial Terbuka (Opened Social Stratification)
Stratifikasi ini bersifat dinamis karena mobilitasnya sangat besar. Setiap anggota strata
dapat bebas melakukan mobilitas sosial, baik vertikal maupun horisontal. Contoh:
- Seorang miskin karena usahanya bisa menjadi kaya, atau sebaliknya.
- Seorang yang tidak/kurang pendidikan akan dapat memperoleh pendidikan asal ada
niat dan usaha.
c. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial c a m p u r a n m e r u p a k a n kombinasi antara stratifikasi tertutup
dan terbuka. Misalnya, seorang Bali b e r k a s t a Brahmana mempunyai kedudukan
terhormat di Bali, namun apabila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, ia memperoleh
kedudukan rendah. Maka, ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok
masyarakat di Jakarta.
Read More ->>

deferensiasi dan ciri-cirinya

Pengertian Diferensiasi Sosial Dan Ciri-Ciri Diferensiasi Sosial

Masyarakat Indonesia memiliki banyak keragaman dan perbedaan. Sebagai contohnya keragaman agama, ras, etnis, pekerjaan, budaya, maupun jenis kelamin. Tidak dapat dimungkiri keragaman ini menjadi potensi pokok munculnya konflik di Indonesia.


Perbedaan-perbedaan di atas terlihat secara horizontal. Perbedaan inilah dalam sosiologi dinamakan dengan istilah diferensiasi sosial. Diferensiasi sosial berasal dari bahasa Inggris yaitu difference, yang berarti perbedaan. Secara istilah pengertian diferensiasi sosial adalah pembedaan anggota masyarakat ke dalam golongan secara horizontal, mendatar, dan sejajar atau tidak memandang perbedaan lapisan. Asumsinya adalah tidak ada golongan dari pembagian tersebut yang lebih tinggi daripada golongan lainnya.

Dengan demikian, dalam diferensiasi sosial tidak dikenal adanya tingkatan atau pelapisan, seperti pembagian kelas atas, menengah, dan bawah. Pembedaan yang ada dalam diferensiasi sosial didasarkan atas latar belakang sifat-sifat dan ciri-ciri yang tidak sama dalam masyarakat, klan, etnis, dan agama. Kesemuanya itu disebut kemajemukan sosial, sedangkan pengelompokan berdasarkan profesi dan jenis kelamin disebut heterogenitas sosial.

Ciri Dasar Diferensiasi Sosial

Pada dasarnya keberadaan diferensiasi sosial ditandai dengan adanya ciri-ciri utama, yaitu:

  • Ciri Fisik

Diferensiasi ini terjadi karena perbedaan ciri-ciri tertentu. Misalnya: warna kulit, bentuk mata, rambut, hidung, muka, dan sebagainya.

  • Ciri Sosial

Diferensiasi sosial ini muncul karena perbedaan pekerjaan yang menimbulkan cara pandang dan pola perilaku dalam masyarakat berbeda. Termasuk di dalam kategori ini adalah perbedaan peranan, prestise, dan kekuasaan.
Contoh: pola perilaku seorang perawat akan berbeda dengan seorang karyawan kantor.

  • Ciri Budaya

Diferensiasi budaya berhubungan erat dengan pandangan hidup suatu masyarakat menyangkut nilai-nilai yang dianutnya, seperti religi atau kepercayaan, sistem kekeluargaan, keuletan, dan ketangguhan. Hasil dari nilai-nilai yang dianut suatu masyarakat dapat kita lihat dari bahasa, kesenian, arsitektur, pakaian adat, agama, dan sebagainya.
Read More ->>

konflik sosial

Konflik Sosial

Konflik sosial dalam konteks ini diartikan sebagai perkelahian antar masyarakat atau perkelahian yang melibatkan massa yang besar dan melibatkan antar kelompok, golongan maupun suku bangsa. Konflik sosial ini dapat dipahami sebagai akibat adanya upaya-upaya untuk menguasai sumber-sumber daya atau kekuasaan yang berkenaan dengan kepentingan umum. Upaya-upaya untuk menguasai kekuasaan tersebut antara lain memperebutkan atau mempertahankannya dengan cara konflik dan saling menghancurkan. Konflik ini umumnya didahului dengan konflik pribadi dan aksi premanisme.
Disadari, di setiap kelompok masyarakat Jakarta saat ini terdapat potensi-potensi konflik. Sebab setiap warga mempunyai kepentingan yang harus dipenuhi yang dalam pemenuhannya dapat mengorbankan kepentingan warga lainnya. Bila dilakukan tanpa mengikuti aturan hukum atau konvensi sosial yang dianggap adil dan beradab, akan menjadi potensi konflik. Potensi konflik juga diakibatkan adanya perasaan tertekan. Selain itu juga diakibatkan ketidakadilan dan kesewenang-wenangan terhadap harta benda, jatidiri, kehormatan, keselamatan, dan nyawa.
Konflik sosial yang berpotensi di wilayah hukum Polda Metro Jaya antara lain konflik antar suku bangsa, konflik antar warga masyarakat, konflik antar- pelajar, dan konflik antara kelompok, geng atau preman, yang sering terjadi di kawasan eks Bandara Kemayoran, Pasar Tanah Abang, Bongkaran Tanah Abang, Terminal Senen, Pasar Senen, dan Jl KH Mas Mansyur Tanah Abang.

sumber : http://metro.polri.go.id/kondisi-kamtibmas-masyarakat-jakarta/konflik-sosial
Read More ->>

Struktur sosial


Ciri-ciri & Pengertian Struktur Sosial menurut para ahli



Jika kita berbicara tentang struktur sosial, apa yang ada dalam benakmu? Terkadang sebagian orang menggambarkan struktur sebagai suatu bagian yang menyatu secara keseluruhan, seperti struktur bangunan atau struktur anggota badan. Keduanya mempunyai banyak anggota yang bersatu padu. Pada struktur bangunan terdapat atap, genting, tiang, jendela, pintu, dan lain-lain. Sedangkan struktur badan lebih mengacu pada keseluruhan organorgan yaitu tangan, kaki, kepala, jantung, dan lain-lain.



Berkaca dari keterangan-keterangan tersebut, lantas apa yang dimaksud dengan struktur sosial? Dalam antropologi, konsep struktur sosial sering dianggap sama dengan organisasi sosial, terutama apabila dihubungkan dengan masalah kekerabatan dan kelembagaan atau hukum pada masyarakat yang tergolong bersahaja. Sedangkan dalam ilmu sosiologi, struktur sosialdigunakan untuk menjelaskan keteraturan sosial, yaitu menunjuk pada prinsip perilaku yang berulang-ulang dengan bentuk dan cara yang sama.



Menurut Soerjono Soekanto (2002:68) struktur sosial diartikan sebagai hubungan timbal balik antarposisi sosial dan antarperan. Dengan demikian, pengertian struktur sosial dapat didefinisikan sebagai suatu tatanan sosial dalam kehidupan masyarakat yang di dalamnya terkandung hubungan timbal balik antara status dan peranan dengan batas-batas perangkat unsur-unsur sosial yang menunjuk pada suatu keteraturan perilaku, sehingga dapat memberikan bentuk sebagai suatu masyarakat.



Hendropuspito (1989) dalam bukunya ”Sosiologi Sistematik” mendefinisikan bahwa struktur sosial adalah skema penempatan nilainilai sosiobudaya dan organ-organ masyarakat pada posisi yang dianggap sesuai dengan berfungsinya organisme masyarakat sebagai suatu keseluruhan dan demi kepentingan masing-masing. Bagian nilai-nilai sosial adalah ajaran agama, ideologi, kaidah-kaidah, moral, serta peraturan sopan santun yang dimiliki suatu masyarakat. Sementara itu organ-organ masyarakat tersebut berupa kelompok-kelompok sosial, institusi atau lembaga-lembaga sosial yang mengusahakan perwujudan nilai-nilai tertentu menjadi nyata dan dipakai dalam memenuhi kebutuhan.

A. Definisi Struktur Sosial

Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal.

Pengertian struktur sosial menurut para ahli sosiologi :

  • George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
  • George C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
  • William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.
  • Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.
  • Raymond Flirt : struktur sosial merupakan suatu pergaulan hidup manusia meliputi berbagai tipe kelompok yang terjadi dari banyak orang dan meliputi pula lembaga-lembaga dimana orang banyak tersebut ambil bagian.
  • E.R. Lanch : struktur sosial adalah cita-cita tentang distribusi kekuasaan di antara individu dan kelompok sosial
  • Coleman : Pola hubungan antar manusia dan antarkelompok manusia
  • Kornblum : Pola perilaku individu dan kelompok, yaitu perilaku  berulang-ulang yang menciptakan  hubungan antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat

B. Ciri-ciri Struktur Sosial

1. Muncul pada kelompok masyarakat

Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan peran. Status dan peranan masing-masing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat.

Pada setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran indvidu. Status yang berbeda-beda itu merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula.

2. Berkaitan erat dengan kebudayaan

Kelompok masyarakat lama kelamaan akan membentuk suatu kebudayaan. Setiap kebudayaan memiliki struktur sosialnya sendiri. Indonesia mempunyai banyak daerah dengan kebudayaan yang beraneka ragam. Hal ini menyebabkan beraneka ragam struktur sosial yang tumbuh dan berkembang di Indonesia.

Hal-hal yang memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia adalah sbb: a.Keadaan geografis

Kondisi geografis terdiri dari pulau-pulau yang terpisah. Masyarakatnya kemudian mengembangkan bahasa, perilaku, dan ikatan-ikatan kebudayaan yang berbeda satu sama lain.

b. Mata pencaharian

Masyarakat Indonesia memiliki mata pencaharian yang beragam, antara lain sebagai petani, nelayan, ataupun sektor industri.

c. Pembangunan

Pembangunan dapat memengaruhi struktur sosial masyarakat Indonesia. Misalnya pembangunan yang tidak merata antra daerah dapat menciptakan kelompok masyarakat kaya dan miskin.

3. Dapat berubah dan berkembang

Masyarakat tidak statis karena terdiri dari kumpulan individu. Mereka bisa berubah dan berkembang sesuai dengan tuntutan zaman. Karenanya, struktur yang dibentuk oleh mereka pun bisa berubah sesuai dengan perkembangan zaman.

C. Fungsi Struktur Sosial

1. Fungsi Identitas

Struktur sosial berfungsi sebagai penegas identitas yang dimiliki oleh sebuah kelompok. Kelompok yang anggotanya memiliki kesamaan dalam latar belakang ras, sosial, dan budaya akan mengembangkan struktur sosialnya sendiri sebagai pembeda dari kelompok lainnya.

2.   Fungsi Kontrol

Dalam kehidupan bermasyarakat, selalu muncul kecenderungan dalam diri individu untuk melanggar norma, nilai, atau peraturan lain yang berlaku dalam masyarakat. Bila individu tadi mengingat peranan dan status yang dimilikinya dalam struktur sosial, kemungkinan individu tersebut akan mengurungkan niatnya melanggar aturan. Pelanggaran aturan akan berpotensi menibulkan konsekuensi yang pahit.

3. Fungsi Pembelajaran

Individu belajar dari struktur sosial yang ada dalam masyarakatnya. Hal ini dimungkinkan mengingat masyarakat merupakan salah satu tempat berinteraksi. Banyak hal yang bisa dipelajari dari sebuah struktur sosial masyarakat, mulai dari sikap, kebiasaan, kepercayaan dan kedisplinan.

D. Bentuk Struktur Sosial

Bentuk struktur sosial terdiri dari stratifikasi sosial dan diferensiasi sosial. Masing-masing punya ciri tersendiri.

1. Stratifikasi Sosial

Stratifikasi berasal dari kata strata atau tingkatan. Stratifikasi sosial adalah struktur dalam masyarakat yang membagi masyarakat ke dalam tingkatan-tingkatan.

Ukuran yang dipakai bisa kekayaan, pendidikan, keturunan, atau kekuasaan. Max Weber menyebutkan bahwa kekuasaan, hak istimewa dan prestiselah yang menjadi dasar terciptanya stratifikasi sosial.

Adanya perbedaan dalam jumlah harta, jenjang pendidikan, asal-usul keturunan, dan kekuasaan membuat manusia dapat disusun secara bertingkat. Ada yang berada di atas, ada pula yang menempati posisi terbawah.

Berdasarkan sifatnya, stratifikasi sosial dapat dibagi menjadi 2:

1. Stratifikasi Sosial Tertutup

Adalah stratifikasi sosial yang tidak memungkinkan terjadinya perpindahan posisi (mobilitas sosial)

2.   Stratifikasi Sosial terbuka

Adalah stratifikasi yang mengizinkan adanya mobilitas, baik naik ataupun turun. Biasanya stratifikasi ini tumbuh pada masyarakat modern.

Bentuk-bentuk mobilitas sosial: 

a. Mobilitas Sosial Horizontal

Di sini, perpindahan yang terjadi tidak mengakibatkan berubahnya status dan kedudukan individu yang melakukan mobilitas.

b. Mobilitas Sosial Vertikal

Mobilitas sosial yang terjadi mengakibatkan terjadinya perubahan status dan kedudukan individu.

Mobilitas sosial vertikal terbagi menjadi 2:

#Vertikal naik

Status dan kedudukan individu naik setelah terjadinya mobilitas sosial tipe ini.

#Vertikal turun

Status dan kedudukan individu turun setelah terjadinya mobilitas sosial tipe ini.

c. Mobilitas antargenerasi

Ini bisa terjadi bila melibatkan dua individu yang berasal dari dua generasi yang berbeda.

c. Stratifikasi Sosial Campuran

Hal ini bisa terjadi bila stratifikasi sosial terbuka bertemu dengan stratifikasi sosial tertutup. Anggotanya kemudian menjadi anggota dua stratifikasi sekaligus. Ia harus menyesuaikan diri terhadap dua stratifikasi yang ia anut.

Menurut dasar ukurannya, stratifikasi sosial dibagi menjadi:

a. Dasar ekonomi

Berdasarkan status ekonomi yang dimilikinya, masyarakat dibagi menjadi:

1)      Golongan Atas

Termasuk golongan ini adalah orang-orang kaya, pengusaha, penguasan atau orang yang memiliki penghasilan besar.

2)      Golongan Menengah

Terdiri dari pegawai kantor, petani pemilik lahan dan pedagang.;

3)      Golongan Bawah

Terdiri dari buruh tani dan budak.

b. Dasar pendidikan

Orang yang berpendidikan rendah menempati posisi terendah, berturut-turut hingga orang yang memiliki pendidikan tinggi.

c. Dasar kekuasaan

Stratifikasi jenis ini berhubungan erat dengan wewenang atau kekuasaan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin besar wewenang atau kekuasaan seseorang, semakin tinggi strata sosialnya. Penggolongan yang paling jelas tentang stratifikasi sosial berdasarkan kekuasaan terlihat dalam dunia politik.

Dampak adanya stratifikasi sosial:

a. Dampak Positif

Orang yang berada pada lapisan terbawah akan termotivasi dan terpacu semangatnya untuk bisa meningkatkan kualitas dirinya, kemudian mengadakan mobilitas sosial ke tingkatan yang lebih tinggi.

b. Dampak Negatif

Dapat menimbulkan kesenjangan sosial

B. Diferensiasi Sosial

Menurut Soerjono Soekanto, diferensiasi sosial adalah penggolongan masyarakat atas perbedaan-perbedaan tertentu yang biasanya sama atau sejajar. Jenis diferensiasi antara lain:

a. Diferensiasi ras

Ras adalah suatu kelompok manusia dengan ciri-ciri fisik bawaan yang sama. Secara umum, manusia dapat dibagi menjadi 3 kelompok ras, yaitu Ras Mongoloid, Negroid, dan Kaukasoid. Orang Indonesia termasuk dalam ras Mongoloid.

b. Diferensiasi suku bangsa

Suku bangsa adalah kategori yang lebih kecil dari ras. Indonesia termasuk negara dengan aneka ragam suku bangsa yang tersebar dari Pulau Sumatera hingga papua.

c. Diferensiasi klen

Klen merupakan kesatuan keturunan, kepercayaan, dan tradisi. Dalam masyarakat Indonesia terdapat 2 bentuk klen utama, yaitu:

a. Klen atas dasar garis keturunan ibu (matrilineal)

Contohnya yang terdapat pada masyarakat Minangkabau.

b. Klen atas dasar garis keturunan ayah (patrilineal)

Contohnya yang terdapat pada masyarakat Batak.

d. Diferensiasi agama

Di Indonesia kita mengenal agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Konghuchu, dan kepercayaan lainnya.

e. Diferensiasi profesi

Masyarakat biasanya dikelompokkan atas dasar jenis pekerjaannya.

f. Diferensiasi jenis kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, masyarakat dibagi atas laki-laki dan perempuan yang memiliki derajat yang sama.

Sumber: 

Alam S& Henry H, 2008, Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMK dan MAK Kelas XI, Jakarta: Erlangga



Read More ->>
Diberdayakan oleh Blogger.

Followers

Pages